Jumat, 05 November 2010

BERSELIMUT MISTERI


SABTU (26/6) pukul 16.50 WIB, gempa bumi berkekuatan 6,3 pada skala Richter mengguncang Astana Gede Kawali, Kab. Ciamis. Kejadian tersebut membuat kaget sejumlah panitia dan para pengunjung yang akan mengikuti acara Nyiar Lumar yang akan digelar di lokasi tersebut. Tidak hanya itu, sejumlah binatang malam -seperti kalong yang tidur di atas reran-ting pepohonan yang ada di sana- beterbangan dengan mengeluarkan suara yang aneh. Demikian juga burung-burung.
Baru kali ini, sepanjang digelar, Nyiar Lumar diawali dengan gempa bumi. Untung saja, gempa bumi terjadi pada sore hari. Coba kalau gempa itu terjadi pada saat acara pembukaan Nyiar Lumar yang berlangsung di Gerbang Astana Gede Kawali. Pastilah terjadi kekacauan yang mungkin disebabkan oleh kepanikan para pengunjung.Menurut Sejarawan Dr. Hj. Nina Herlina Lubis dalam percakapannya dengan penulis di sela-sela pertunjukan seni, hingga kini, Astana Gede Kawali masih menyimpan misteri.
Di lokasi tersebut, baru-baru ini, mahasiswa S-2 dan S-3 jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran menemukan pecahan keramik yang diduga berasal dari zaman Dinasti Han dan Dinasti Ming. Saat itu, mereka tengah melakukan penggalian benda-benda bersejarah dalam praktik pelajaran arkeologi."Hasil penggalian tersebut sudah dikubur kembali di tempat yang sama. Tidak mustahil bila dilakukan penggalian secara sungguh-sungguh akan temukan benda-benda arkeologi lainnya," ucapnya.
Menurut Nina, sebagai kota kecil di tatar Sunda, Kawali merupakan ujung dari jalur perdagangan kerajaan Sunda di abad ke-14 hingga 16 yang dimulai dari Pakuan Padjadjaran. Jalur perdagangan dari Pakuan Padjadjaran menuju Kawali ditempuh melalui Depok-Purwakarta (Ci-kao) terus ke Karangsambung-Talaga (Majalengka Utara) lalu ke Raja Galuh (Majalengka Selatan) dan berakhir di Kawali.
Adapun Astana Gede Kawali, pada zamannya,sebagaimana dikatakan Ninna Lubis, merupakan tempat suci bagi raja-raja Sunda di KawalL Di Astana Gede Kawali, selain ada maqam (petilasan) Pangeran Usman -seorang penyebar agama Islam di Kawali-juga ada kuburan Adipati Singacala. Selain itu, tentu saja ada beberapa situs peninggalan raja-raja Sunda pada zamannya, seperti Situs Cika-wali. Situs Sang Hiyang Maya Datar, Situs Penobat-an Raja-Raja Sunda, dan enam buah prasasti.
Yang dimaksud dengan Situs Sang Hyang Maya Datar adalah tempat raja-raja Sunda memberikan petuah kepada rakyatnya. Adapun sejumlah raja yang pernah berkuasa di Kawali, antara lain Raja Ajiguna Linggawisesa, Prabu Ragamulya, Prabu Linggabuana (Sri Baduga), Adipati Bunisora Su-radipati, Prabu Niskala Wastu Rancana, Prabu Dewaniskala, dan Jaya Dewata (Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi).
Tentang Kawali sebagai pusat kerajaan Sunda pada zamannya, antara lain tercatat pada prasasti satu yang ada di Astana Gede Kawali. Bunyinya, "Demikian tapak bekas pertama yang mulia, ialah Prabu Wastu (yang) bertakhta di Kota Kawali, yang memperindah istana Surawisesa, yang membuat parit keliling (ibu-) kota, yang menyuburkan seluruh pedesaan (dengan tanam-tana-man). Semoga para penerus menerapkan kerjayang baik, agar lama dan unggul di dunia."*
TENTANG apa, bagaimana, dan di mana Istana Surawisesa, kata Nina Lubis, hingga kini masih dicari. Kemungkinan, itu disebabkan Istana kerajaan Sunda tidak dibangun dari susunan batu ataupun tembok, tetapi dari kayu. Kalaupun disusun dari batu atau tembok, maka lokasi Surawisesa itu sendiri masih dicari oleh para arkelog."Prasasti keenam yang baru ditemukan pada tahun 1995 di Astana Gede Kawali, antara lain berisi petuah agar penduduk (rakyat) jangan suka berjudi atau bertaruh karena hal itu akan menyengsarakan. Jadi, ada banyak nilai sejarah yang bisa dipetik di Astana Gede Kawali," katanya.
Sementara itu, seniman Godi Suwarna menga-takan, diselenggarakannya acara Nyiar Lumar di Astana Gede Kawali, antara lain agar masyarakat Sunda khususnya dan masyarakat di luar Sunda mengenal sejarah para leluhurnya dengan baik. Selain itu, tentu saja, untuk mendekatkan diri Ki Sunda dengan nilai-nilai lama yang hingga kini masih terasa aktual. Salah satunya, itu tadi, prasasti keenam.
"Kembali ke akar, itulah yang hendak saya ungkap dalam Nyiar Lumar. Oleh karena itu, acara-acara kesenian yang digelar di Astana Gede Kawali adalah kesenian tradisional, seperti ronggeng gunung yang di dalamnya mengandung nilai sejarah juga. Sayangnya, dalam acara kali ini, kami selaku panitia lupa bikin brosur acara," katanya.
Astana Gede Kawah dan Nyiar Lumar menjadi menarik untuk apresiasi. Bukan hanya terletak pada adanya nilai-nilai sejarah dan peninggalan sejarah di situ, melainkan juga disebabkan lokasi tersebut masih berupa hutan yang harus dijaga keasliannya. Di lokasi tersebut, udara begitu segar karena lingkungan hidup masih terjaga. Tak ada seorang pun yang berani menebang pepohonan dilokasi tersebut karena takut terkena petaka.
Menurut Godi Suwarna, sesungguhnya, di Astana Gede Kawali masih banyak ular dan kalajengking. Anehnya, setiap acara Nyiar Lumar di- , gelar, kedua binatang tersebut enggan menampakkan diri. Entah menyingkir ke mana mereka. "Mungkin mereka sembunyi karena takut oleh suara tetabuhan. Mungkin juga (mereka itu sebenarnya) makhluk halus yang tahu bagaimana menghormati tamu," tutur Godi. (Soni Farid Maulana/"PR")#**





2 komentar:

Unknown mengatakan...

Sukur tiasa sukses Kang nya,janten kangen ka Kawali.Salam baktos bae,happy blogging.

Unknown mengatakan...

Keren wa

Share |